Novel Zombie Indonesia


15

TRAGEDI

   Muti duduk di kursi di hadapan kami. Entah Sikapnya melunak, atau mungkin karena harus menunggu si Bule menyelesaikan pekerjaannya.

   "Baiklah akan kuceritakan semuanya." ujarnya. "Kamu boleh mengajukan pertanyaan lain kalau mau. Mumpung masih bisa bertanya."

   "Aku dan teman-temanku ini berasal dari organisasi rahasia internasional. Kegiatan organisasi kami melakukan pembunuhan dan teror, baik untuk kepentingan politik maupun bisnis. Juga melakukan peredaran narkotika Internasional sebagai bagian dari pendapatan kami. Muti memulai penjelasan.

   Untuk menjalankan kegiatan di Indonesia organisasi ini merekrut orang-orang lokal yang dididik khusus dan dibekali keahlian sejak masih kecil." kata Muti melanjutkan.

   "Tiga tahun lalu, kami menyusup ke dalam fasilitas rahasia milik WHO ini, dengan tujuan mengembangkan narkotika jenis baru. Kami melakukan dengan sangat rapi dan halus, sehingga WHO ataupun pemerintah Indonesia tidak mengetahui kalau fasilitas rahasianya ini sudah jatuh ke tangan organisasi kami. Kami tetap mengatur kondisi, agar semua ahli termasuk Iqbal tidak tahu. Agar tidak dicurigai, Kami mengatur agar keadaan berjalan seperti biasa, sehingga mereka tetap melakukan riset dan kontak dengan kantor pusat WHO dibawah pengawasan kami.

   "Tunggu dulu! Apa hubungan narkotika dengan riset virus ini?" tanya Tika penasaran.

"Kami menemukan zat narkotik baru. Zat ini dalam dosis sedikit dapat membuat halusinasi yang luar biasa. Pada perkembangannya, di temukan virus berkode 'zombie' ini yang diperlukan untuk mengikat zat tersebut di dalam darah, sehingga menimbulkan halusinasi serta efek ketagihan permanen. Namun sayangnya virus ini memiliki efek yang lebih berbahaya dari zat tersebut. Kami mengetahui Obat untuk pengendali virus sedang diteliti oleh WHO."

   "Aku belum mengerti apa hubungannya dengan Serum?"

   "Serum. Kami mempunyai rencana untuk membalik proses peredaran narkotika. Yaitu cukup menggunakan beberapa kali narkotika ini, dan setelah timbul efek ketagihan pada pengguna maka penggunanya akan selalu mengalami ketagihan permanen dan tidak akan dapat pulih kembali sebelum di injeksi serum. Ketika efek serum tersebut habis dalam darah, maka pengguna akan kembali mengalami halusinasi. Sehingga, pengguna cukup membeli serum saja setiap hari atau mati. Tentu saja membeli serum setiap hari tidak dilarang dan menguntungkan perusahaan yang memproduksinya secara legal. Tentunya organisasi kami akan menjual keduanya baik narkotika secara ilegal dan serum secara legal. Berbeda dengan narkotika pada umumnya yang memerlukan konsumsi terus menerus."

   "Kenapa organisasi kamu tidak melakukan sendiri risetnya?" Tika memotong dengan gaya polisi menginterogasi penjahat.

   "Awalnya kami melakukannya sendiri, tapi terlalu lama untuk mendapatkan hasil, sedangkan keberadaan virus ini juga masih disembunyikan dari mata publik, baik oleh WHO atau organisasi kami. Menurut infomasi riset di sini sudah hampir mendekati final. Jadi buat apa repot?" ujar Muti.

   "Karena banyak waktu, baiklah kuceritakan lebih detail.” Muti melanjutkan Pada mulanya untuk melakukan penyusupan. Selain menyusupkan anggota kami yang menyamar sebagai petugas keamanan dan staff, kami melakukan pendekatan kepada kepala peneliti secara lebih personal. Melalui hasil pengamatan, Iqbal sangat menyukai pertunjukan kesenian lokal yaitu jaipong dan ronggeng. Aku dan rekanku pun menyamar sebagai penari jaipong."

   "Jadi itu alasan kamu menari? Untuk memperdaya paman." Kataku.

   "Siapa yang memperdaya? Aku menikmatinya. Aku memang pandai menari.” Tukas Muti.

   Memang benar yang diucapkan Muti, karena aku sendiri pernah melihatnya menari.

   Ternyata diluar dugaan Iqbal mendekatiku, padahal yang dipersiapkan untuk memancing adalah rekanku. Sesuai misi, maka kami pun melanjutkan proses pendekatan. Berhasil kugoda Iqbal, sehingga kemudian dia menikahiku." Muti melanjutkan.

   "Jadi benar kamu memang istri sah Om Iqbal, dan katamu kalian telah menikah selama lima tahun? Kenapa ceritamu hanya tiga tahun?" kataku, mencoba mengulur waktu. Juga supaya tidak dicurigai kalau aku sedang mencoba melepaskan ikatan di tanganku dengan ujung rak besi tempatku bersandar.

   "Secara fisik iya. Secara misi tidak. Aku berbohong padamu." Muti tersenyum licik, kemudian melanjutkan ceritanya.

   "Setelah menikah, Aku mulai dapat mengontrol pamanmu untuk berbagi informasi rahasia mengenai risetnya kepadaku. Tentu saja mudah karena bertahun-tahun pamanmu di desa ini kesepian tanpa wanita dan dia tidak bisa menolak godaanku. Kamu sendiri tahu kalau sulit menahan godaanku, kan?" Muti tersenyum genit kepadaku.

   Muti kemudian bangkit berdiri Melihat pekerjaan Ricardo. Kemudian, ia berpaling kepada kami.

   "Kalian sudah siap?" Muti mengokang pistolnya.

   "Bagaimana kalian tahu ada fasilitas rahasia disini? dan dimana pamanku sekarang?" ujarku.

   Aku sengaja mengulur waktu, karena tali yang kugesek dengan ujung rak besi ini belum juga putus.

   "Tampaknya aku masih harus mendongeng untuk kalian." kata Muti dengan nada kesal. Ia berjalan menuju kursi  kembali, kemudian duduk. Tangannya masih memegang pistol perak.

   "Aku ceritakan sejarah singkat. Toh, ini akhir hidup kalian. Aku juga masih menunggu helicopter organisasi datang." kata Muti seraya menatap kami berdua.

   "Tahun 1988, terjadi serangan gas sarin* (*Gas Sarin; cek wikipedia) di Iraq terhadap wilayah yang di kuasai etnis Kurdi dan terjadi penggunaan gas sarin di wilayah Al-Faw yang dikuasai Iran. Menurut mantan agen KGB yang bergabung dengan organisasi kami, serangan itu adalah karena Iran menggunakan senjata biologi milik Uni Sovyet dari fasilitas rahasia milik Sovyet di Iran, untuk melawan tentara Iraq. Senjata tersebut di jatuhkan melalui misil di daerah suku Kurdi, namun di luar kendali efeknya menyebar sampai hampir ke wilayah Iran. Senjata biologi tersebut adalah hasil pengembangan dari virus tersebut. Kamu sudah tahu kan efeknya?" Muti menarik nafas kemudian melanjutkan.

   "Iraq dibantu oleh Amerika Serikat menggunakan gas sarin untuk melumpuhkan dan membunuh semua makhluk hasil dari mutasi virus itu. Media internasional menutupi dan merekayasa mengenai keberadaan senjata biologi Sovyet berupa virus tersebut. Tapi organisasi kami berhasil mendapatkan sample virus tersebut."

   "Dan kalian mengembangkannya?" imbuhku.

   "Pada mulanya kami tertarik untuk menjual senjata biologi tersebut pada kelompok ekstrimis radikal. Pada perkembangannya kami menemukan hal yang dapat sangat lebih menguntungkan dengan menggunakan virus tersebut." Muti menghela nafas lagi.

   "Berarti juga berhubungan dengan pembunuhan dengan gas Sarin di Tokyo?" tanya Tika.

   "Pengetahuanmu luas sekali." Muti memuji, kemudian Ia mengangguk dan melanjutkan.

   "Obat ini pernah dicuri oleh seorang penghianat di organisasi kami, kemudian dijual kepada sebuah kelompok Yakuza. Percobaan penggunaan narkotika mengakibatkan kekacauan di stasiun bawah tanah di Tokyo, pada tahun 1995. Kelompok kami berhasil menghabisi para Yakuza serta pengguna narkotika yang sudah bermutasi, dengan menggunakan gas sarin untuk menutupi jejak narkotika baru ini. Sayangnya beberapa dari kami tertangkap, sehingga terpaksa mengaku sebagai teroris lokal bernama Aum Shinrikyo*(*check wikipedia) yang sebenarnya tidak pernah ada."

   "Termasuk kejadian di Libya dan Suriah beberapa tahun belakangan ini?" Tika berkata.

   "Itu bukan ulah organisasi kami. Itu ulah para milisi pemberontak yang tolol. Mereka merebut fasilitas riset bekas milik Uni Sovyet yang sekarang dalam pengawasan PBB, tanpa mengetahui apa isi yang ada di dalamnya, sehingga virus dengan cepat tersebar. Sekali lagi media internasional menutupi dan memutar balikkan fakta secara politis dengan mengatakan kalau itu adalah pembantaian rezim otoriter dengan menggunakan gas sarin."

   Muti menyibakkan rambut panjangnya. "Sekarang kamu tahu kan kenapa Amerika serikat ingin menyerbu korea utara dan Iran?"
   "Kami merebut fasilitas rahasia di Indonesia ini karena lebih mudah. Tidak seperti negara lain, pemerintah Indonesia setelah Orde Baru, sudah tidak tertarik lagi untuk terlibat dalam riset ini, karena mereka lebih tertarik dengan uang. Kami menyuap semua orang pemerintahan yang korup, yang mengetahui riset ini, supaya tutup mulut. Ada lagi? "

   "Pamanku bagaimana?" tanyaku.

Tali yang mengikat pergelangan tanganku ini hampir putus sedikit lagi.

   "Iqbal." Muti menghela nafas. "Dia baik, pintar dan setia, sebenarnya beruntung aku pernah memilikinya. Dan satu lagi, dia lelaki yang hebat dan perkasa di ranjang." kata Muti mengakhiri kalimatnya dengan tertawa terbahak-bahak.

   Aku menatap Muti kesal. Kesal karena dia telah mempermainkan salah satu anggota keluargaku. Muti menghentikan tawanya melihat tatapanku. Muti tersenyum dengan senyumnya yang menggoda, senyumnya yang dapat mematahkan logika semua pria.

   "Setahun lalu, Iqbal mencoba menyabotase operasi kami, setelah tidak sengaja mengetahui kedok Ijal dan Irdi yang merupakan agen kami. Dia memusnahkan semua hasil risetnya. Padahal sebentar lagi serum sudah berhasil di temukan. Kemudian dia dan beberapa rekannya melepaskan semua virus dari laboratorium ke penduduk desa untuk mencegah langkah kami merebut hasil risetnya. Sayangnya si tolol itu kini berakhir di ruang bawah tanah rumahnya, setelah karena panik salah menyuntik dirinya sendiri dengan serum baru, sehingga bermutasi. Rekan-rekannya sudah berhasil kami habisi. Hanya satu itu yaitu, Ricardo yang selamat. Sedangkan sisanya, kami harus membersihkan sisa-sisa sampahnya."

   "Maksudnya?" Aku penasaran.

   Rupanya itu sebabnya, paman menelepon nenek setahun lalu setelah bertahun-tahun menghilang. Ternyata itu adalah sebuah pesan, karena Om Iqbal saat itu merasa terancam jiwanya. Dan benar sekali jika makhluk yang pernah kuhadapi di ruang bawah tanah itu adalah wujud hasil mutasi dari Om Iqbal.

   "Makhluk diluar itu adalah penduduk desa yang sudah bermutasi. Beberapa tahun sebelumnya, Iqbal sudah menemukan cara untuk mengendalikan makhluk-makhluk itu dengan menggunakan sinyal frekuensi radio pada gelombang khusus, sehingga mereka tidak mengamuk jika tidak diganggu dan hanya berjalan berputar-putar. Kamu sudah kerumah dengan pemancar itu, kan?" Muti menjelaskan.

   "Dengan alatnya, Kami berhasil mengendalikan makhluk-makhluk yang tercipta akibat perbuatan Iqbal itu. Namun sialnya, organisasi menyuruh kami untuk tetap berada di desa terkutuk ini. Sampai satu dari ilmuwan yang tersisa itu berhasil menemukan serum yang sebenarnya dari hasil riset Iqbal yang tersisa." Muti menunjuk pria bule bernama Ricardo yang sedari tadi masih terlihat sibuk menyalin data dari komputer ke harddisk eksternal.

   "Jadi itu maksudnya alat di dekat pemancar itu. Kamu menghancurkannya?" tanyaku.

   Muti mengangguk."Kami menghancurkan alat itu untuk mencegah kalian keluar dari desa ini. Tapi sayang, si Rizky bodoh itu telah membocorkan operasi kami, karena cintanya kutolak mentah-mentah untuk kesekian kalinya. Kami hendak ke pusat komunikasi untuk membunuhnya. Lagipula kami memiliki peluru khusus yang mengandung gas sarin untuk membunuh makhluk-makhluk itu." Kata Muti.

   "Apa hubungannya dengan kegiatan kamu sebagai penari kembali akhir-akhir ini?" tanya Tika.

   Baguslah perempuan itu aktif bertanya kepada Muti, sehingga aku memiliki waktu untuk memotong tali yang mengikatku.

   "Selain untuk mengisi waktu karena bosan berada di desa terkutuk ini. Aku menari untuk mencari mangsa. Dengan menari ronggeng maka banyak pria yang dapat kujebak, kuajak tidur, kemudian kuberi racun dan jadi makanan 'ternak' kami." Muti menjelaskan.

   "Itu sebabnya Ijal menyuruh Irdi mengantar Toyib ke rumah, supaya aku bisa membereskan dia." Muti menunjuk kepadaku.

   "Ternyata dia terlalu ingin tahu. Untung saja Rizky yang sedang bertugas, memergoki dari CCTV yang dipasang di seluruh area sekitar rumahku."

   "Itu sebabnya kamu memergokiku di tempat pandai besi." Kataku.

 "Sejak gagal merayu kamu semalam. Aku sudah khawatir dan mengantisipasi. Kalau nanti kamu menemukan rahasia kita. Itu sebabnya kamu kuamati dari jauh waktu berada di sawah. Aku juga segera menghubungi orang untuk mengamati CCTV." kata Muti dengan wajah serius.

   "Jadi adikku juga kamu bunuh?" Tika bertanya.

   "Anton? adikmu yang ejakulasi dini itu? para 'ternak' sudah memangsanya dengan lahap" Muti tertawa terbahak.

   "ANJING!" Tika mengumpat kesal karena dugaannya mengenai adiknya yang telah dibunuh Muti ternyata benar.

   Muti melanjutkan ceritanya "Singkatnya peliharaan kami diluar itu digunakan untuk menjaga aktivitas kami, jika terjadi sesuatu akibat ulah polisi yang sok ingin tahu seperti kamu. Kupikir kamu sudah pergi hanya dengan sedikit penjelasan logis. Ternyata sama penasaran-nya seperti si Toyib."

   "Bagaimana dengan motor di garasi?!" tanyaku.

   "Itu pekerjaan sampingan si Ijal dan Irdi. Mereka juga bekerja sama dengan curanmor dan jaringan penadah motor curian. Kami menjual motor curian dari pria-pria yang 'kurayu'." Tangan Muti mengisyaratkan tanda kutip.

   “Bagaimana kejadian di stasiun kereta di China minggu lalu, apakah sama dengan kejadian di Jepang?” Tika bertanya.

   "Selesai." Irdi menyahut kepada Muti, tepat sebelum Muti menjawab pertanyaan Tika. Muti mengangguk kepada Irdi.

   Ricardo menyerahkan harddisk eksternal kepada Muti. Kemudian Ricardo melangkah menuju pintu. Muti berdiri dan mengikuti Ricardo dari belakang. Mereka berjalan keluar ruangan.

   Irdi berdiri menatap kami berdua. Ia mengarahkan pistol ke arahku.

   Kami kaget ketika mendengar gema suara tembakan dari luar ruangan tempat kami berada. Kuduga Muti membunuh bule bernama Ricardo itu.
Irdi kemudian mengarahkan pistol ke Tika.

   "Tenang saja aku tidak akan membunuh kalian biar makhluk-makhluk di kurungan itu yang melakukannya. Aku hanya akan membuat kalian sedikit nyeri. Ayo berdiri!"

   Melihat kesempatan Irdi lengah, dan tali yang mengikatku sudah putus, maka Aku berdiri dan segera melompat menerkam pria tua itu.


Beranda

Blogger Template by Blogcrowds.